Search
Apakah Bajaj dibutuhkan Kota Semarang?
Beberapa saat yang lalu ada wacana mengenai kemungkinan penggunaan moda transportasi bajaj sebagai sarana angkutan umum di Kota Semarang. Hal ini menjadi menarik karena akan terdapat banyak aktor yang akan berperan dengan membawa visi dan misi seiring dengan kepentingannya. Aktor dalam hal ini adalah : pengguna jalan, operator sebagai penyedia jasa trasnportasi, regulator sebagai penentu kebijakan, dan bukan pengguna (non-user) akan mempunyai pandangan yang berbeda dalam bentuk pernyataan, ekspektasi dan argumentasi sesuai dengan cara pandang masing-masing.
Sebenarnya, untuk menjawab pertanyaan di atas membutuhkan kajian yang mendalam, karena keberadaannya akan menimbulkan implikasi langsung maupun tidak langsung, baik itu dalam bentuk manfaat maupun biaya dengan diperngaruhi oleh banyak faktor. Implikasi tersebut jelas akan dirasakan oleh seluruh aktor dalam sistem transportasi.
Tidak salah jika kita tinjau keberadaan bajaj di Indonesia. Kendaraan bermotor roda tiga mesin dua tax ini berasal dari India dengan kapasitas penumpang tiga orang termasuk driver. Jakarta menjadi kota yang jaringan jalannya terbebani oleh bajaj kurang lebih 14.000 unit dengan tingkat kebisingan 85 dB. Mengapa bajaj tetap ada di Jakarta? Terlepas dari regulasi mengenai keberadaan bajaj, moda transportasi apapun dalam bentuk seperti bajaj atau moda sejenis akan tetap ada di Jakarta karena permintaannya sudah mengakar di masyarakat, termasuk dalam hal ini adalah bemo. Ternyata keberadaan kedua angkutan umum itu tidak masuk dalam daftar angkutan umum yang resmi diizinkan untuk beroperasi di Jakarta. Beberapa saat yang lalu, Peraturan Daerah (Perda) tentang Pengendalian Udara baru saja disahkan oleh DPRD DKI Jakarta. Sementara itu, bajaj tidak tersentuh Perda Pengendalian Udara karena tidak masuk jenis angkutan umum di Jakarta. Oleh karena itu, secara bertahap angkutan bajaj maupun bemo akan ditertibkan.
Disisi lain, munculnya moda baru akan membentuk permintaan jasa transportasi. Kota Semarang dan kota-kota lainnya di Indonesia, mempunyai potensi permintaan jasa transportasi moda bajaj yaitu pengguna becak. Bahkan di seputar Kota Semarang seperti di Daerah Gunung Pati, Banyumanik, Mangkang dan Mijen sudah muncul Becak Bermotor yang mempunyai karakteristik yang sama dengan bajaj. Ada fenomena apakah ini?
Dari sudut pandang lalulintas, keberadaan moda baru, apapun jenis modanya pasti akan membebani jalan. Dari studi yang pernah dilakukan mengenai becak bermotor, terdapat perilaku pengguna yang mempunyai anggapan bahwa becak bermotor (dalam hal ini becak bermotor diasumsikan mempunyai karakteristik yang sama dengan bajaj), akan dapat melayani 3,5 km lebih jauh dibanding dengan becak kayuh. Seandainya becak kayuh mampu melayani sampai 5 km berarti becak bermotor ataupun bajaj dapat dimungkinkan intervensi ke jaringan jalan sejauh 8,5 km bahkan lebih. Seandainya kendaraan ini masuk ketengah kota, bagaimana jadinya lalulintas di perkotaan.
Timbulnya moda baru seperti bajaj, akan berpengaruh terhadap operator lain. Katakanlah becak, ojek, angkutan kota (angkot), bahkan taksi akan mempunyai pesaing baru. Terlepas dari perilaku pengguna dalam memilih jenis moda angkutan umum yang ada, persaingan ini menciptakan perilaku operator
Saat ini, lalulintas perkotaan menjadi pusat perhatian seluruh aktor yang berperan di dalammya. Permasalahan-permasalahan yang muncul
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment